Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Jalan-jalan’ Category

Foto 1: JPO di Jalan Gatot Subroto, Jakarta

 

Entahlah, model ramp di JPO (Jembatan Penyebrangan Orang) kayak gini mulai dibangun di Jakarta kapan yah sebelum ada model ramp JPO yang di halte busway. Yang jelas, ramp JPO berlantai beton ini cukup memudahkan pengguna sepeda juga untuk nuntun sepedanya. Apakah dulunya memang diperuntukkan untuk para pengguna sepeda juga?

Sayangnya, nggak semua JPO di Jakarta punya ramp. Kenapa yah? padahal kan daripada pengguna sepeda misalnya harus muter jauh ikut jalur putaran kendaraan bermotor untuk menyebrang jalan atau menyebrang sembarangan, kan lebih aman digabung dengan pejalan kaki aja kayak diatas. Ngarep sich hihihi …

Nah, ini salah satu contoh JPO dengan ramp di Bogota.  Nggak ada atapnya. Nyaman buat jalan kaki tapi puanaaas pol hihihi ….

Foto 2

 

Kalo setiap JPO ada rel untuk ban sepeda, pasti ortu yang boncengin anaknya nyaman kayak gini deh hehe …

Foto 3

 

Tapi jelas repot kalo lewat JPO harus kayak gini hehehe …

Foto 4

 

Pernah suatu kali, lewat JPO tanpa ramp sambil naik turun gotong-gotong sepeda saya, eh nggak sengaja nyangkut tas orang hihihi … sewot lah dia hahaha …

Gimana menurut om tante, apakah setiap JPO harus ada ramp/rel untuk pengguna sepeda juga? weits, tapi bukan untuk pengguna sepeda motor lho yaaa …

Salam,
lutfi

——————————————————————————-

Foto 1: Saya yang foto hehehe …

Foto 2: http://thisbigcity.net/photo-essay-bogota-and-the-bicycle-a-city-that-prioritises-cyclists/

Foto 3: http://magicstatistics.com/category/europe/united-kingdom/england/london/

Foto 4: http://www.alanthomasmoore.com/dutchbicycling/other/other.html

Read Full Post »

Alhamdulillah …

Hingga Idul Adha kali ini saya masih bisa mengalaminya. Apalagi, jauh-jauh hari saya memang berniat akan bersepeda untuk shalat Ied-nya di MASK (Masjid Agung Sunda Kelapa) Jakarta. Enak sekali shalat di masjid ini. Lingkungannya juga adem, banyak pepohonan rindang, dan ruangan sholatnya juga cukup nyaman.  Khotib dan imamnya juga mumpuni. Sayangnya, cuma satu! yaitu nggak disediakan tempat penitipan sepeda secara layak. Padahal selain saya, ada dua pengguna sepeda juga yang parkir di pelataran dalam masjid. Motor mobil bejubel memenuhi parkiran dan jalan.

Akhirnya, sepeda saya terpaksa ‘nyempil’ di dekat pos jaga gedung sekolah di sebelah masjid. Nggak apa-apa, yang penting asal digembok dan bilang ke petugas parkir, “nitip ya bang!”. Jangan lupa, keluar parkiran kasih uang nitipnya. Biasanya mereka bilang, “sepeda gratis, om!”. Okelah kalo begitu. Tapi, saya sih tetap aja ngasih secukupnya. Si petugas pun tetap senang menerimanya. Sini senang sana senang sama-sama senang tho. Mudah-mudahan kalo saya ke MASK pakai sepeda lagi, sepeda saya aman di parkirannya.

si BF bawa buntelan isi baju sholat + sajadah.

 

Khutbah dibawah pohon rindang ...

 

Selamat Iedul Adha 1431 H!

Salam,
lutfi

 

 

Read Full Post »

Sebagai pemilik blog ini, gak afdol kalo gak sampai nonton acara Pesta Blogger 2010 di Epicentrum Walk, Rasuna Said Sabtu kemarin (30/10/2010).

Berangkat kesana, hari sudah siang. Lagi terik-teriknya setelah sebelumnya sempat di hujan. Gak apa-apa deh. Ini memang pertama kali saya hadir di acara akbar para blogger yang katanya se-Indonesia ini. Jadi sayang kalo dilewatkan begitu aja.

Pffff….sampai disana, agak susah juga yah cari tempat parkir khusus sepeda (emang ada???). Setelah tanya sekuriti, langsung ditunjukkan parkiran di pintu masuknya. Waduh, ternyata gak ada yang bisa saya jadikan untuk ngikat sepeda saya. Meski sepeda saya abal-abal tapi namanya sepeda kan tetap kendaraan punya nilai dan benefit juga, tho!. Kalo raib tetap aja bikin dongkol. Clingak clingkuk di tempat, hiks, nasib bawa sepeda nih gak ada sangkutan buat ngegembok sepedanya. Akhirnya, setelah minta ijin ke petugas tiket parkir, saya diijinkan ngiket sepeda saya di sebuah batang pohon yang baru tumbuh di tengah tamannya hihihi… Untung cukup kuat menahan sepedanya.

Berhubung digicam saya lagi di servis, apa daya acara kemarin saya dokumentasikan pakai kamera handphone saya aja.

Panggung utama

 

 

Happening Art!

 

 

Keren tapi kekecilan t-shirtnya buat saya:(

 

Konon kata sang petugas, Epicentum Walk bakal punya tempat parkir khusus sepeda. Wah, bagus kalo gitu. Memang seharusnya begitu. Nanti kalo mau nonton event kesitu lagi pakai sepeda kan gak perlu repot-repot cari batang pohon lagi tho kekeke …

Salam,
lutfi

Read Full Post »

Inna lillahi wa inna ilaihi ro’jiun

Pertama, saya turut berduka cita untuk om Adi Nagara (Dara), seorang B2Wer dari Rocketers (Rombongan Kereta Tangerang Selatan) yang mengalami kecelakaan tertabrak kendaraan truk yang dikendarai sopir ugal-ugalan di kawasan Gunung Sindur, Bogor Jawa Barat saat sedang bersepeda bersama rombongan Rocketers. Beritanya disini

Ayolah! perilaku ugal-ugalan berkendara apapun jangan dipelihara di dalam diri kita. Untuk Apa? Buat Anda mungkin tidak masalah, mengasikkan karena bisa ngebut seenaknya, tapi bagi pengendara lain akan jadi masalah.

Berbagi jalan, berbagi kesantunan di jalan, bukankah itu malah membahagiakan satu sama lain jika dilakukan dengan ketulusan hati?

Ini salah satu contohnya.

Pagi ini, pelajaran berbagi saya dapatkan dari seorang bapak petugas pengangkut sampah yang membawa gerobak sampahnya yang sedemikian besar dan berat itu. Raut wajah yang ‘keras’, baju yang sudah dekil, serta bawaan sampah yang menggunung di gerobaknya, tidak serta merta menjadikan si bapak ‘keras’ alias ugal-ugalan cara membawa gerobaknya saat itu.

Saat melihat saya sembari menuntun sepeda yang akan menyebrang jalan dan memotong jalurnya, si bapak langsung memperlambat laju gerobaknya dengan ‘rem’ kakinya sembari memiringkan badan ke belakang dan sepertinya mempersilakan saya untuk menyebrang. Kami pun saling bertatapan sejenak. Spontan, beliau memberi senyuman kepada saya. Saya pun membalas senyuman beliau. Menyenangkan sekali.

Tak lama, saya persilakan saja si bapak melewati saya duluan. Sembari mendorong gerobaknya lagi dengan badan condong ke depan, saya mendengar beliau berujar, “sehat ya mas!”. Subhanallah! kalimat yang berkesan buat saya.

Mudah-mudahan itu bernilai doa juga buat kesehatan diri saya. Demikian juga doa untuk kesehatan si bapak tadi yang bergelut dengan sampah.

Kamipun berpisah sembari berbalas senyuman dalam hiruk pikuk deru kendaraan bermotor yang sedang padat-padatnya karena ini hari kerja.

Semangat berbagi intinya. Berbagi jalan, berbagi senyuman, berbagi rejeki, berbagi kebaikan apa saja dan dimana saja, semua orang juga punya kesempatan bisa. Mudah-mudahan bersepeda ke tempat kerja atau aktifitas lainnya, merupakan salah satu cara berbagi juga. Berbagi sehat, berbagi sikap peduli, berbagi cara hemat BBM, berbagi solusi terhadap
masalah kemacetan dan polusi, dan berbagi lainnya.

Berlebihankah? rasanya nggak. Bagi rekan muslim, bukankah kita juga mengenal sifat Allah SWT yaitu Maha Pengasih (Ar Rahman) dan Maha Penyayang (Ar Rahiim) juga? Tuhan saja demikian, berbagi kasih dan sayang kepada hambaNya. Mosok kita yang cuma hamba ciptaanNya ogah berbagi kepada sesama. Khusus di jalan, ayolah kita berbagi jalan (Share the Road, jek!) dengan pengguna jalan lain.

Setuju dengan tagline di header Facebike B2W: “Safety First. Share the Road

Stop ugal-ugalan berkendara!
Apapun kendaraannya!

Salam,
lutfi

* Nulis tentang Spirit sambil nguping ‘The Spirit of Radio-nya Rush. Yeaaah!!! Semangatzzz!

————————————

Kisah-kisah berbagi jalan lainnya:
* https://sepedalutfi.wordpress.com/2009/02/27/terima-kasih-pak-sudah-memberi-jalan/

* https://sepedalutfi.wordpress.com/2010/03/12/lagi-pengendara-mobil-memberi-jalan/

Read Full Post »

Minggu pagi (09/05/10) sepulang antar istri belanja ke pasar, memang agak surprise buat saya. Pagi-pagi, pak RT nyamper ke rumah. Ternyata, pak RT ngajak bersepeda bareng ke Sudirman – Monas. Waaah!!! Asik nih ada barengan.

Ceritanya, pak RT belum lama baru beli sepeda. Nggak tanggung-tanggung beli sepedanya. Tujuh sepeda onthel jadul yang dibeli dari kampungnya, Purworejo Jawa Tengah langsung diborongnya. Katanya, sepeda-sepeda itu selain untuk dikoleksi, juga dipakai untuk ‘cari keringet’ bareng saudara-saudaranya yang tinggal berdekatan dengannya. Bahkan, saking sudah kepengen banget sepedaan, konon sepeda yang masih baru dari sawah langsung dibelinya juga. Jadi, masih ada sedikit tanah di sela-sela komponennya hehehe…

Subhanallah! Entah mimpi apa pak RT ini, sampai ngeborong sepeda segitu banyaknya hahaha…luar biasa!!!. Konon, harga sepedanya juga relatif murah. Seharga ratusan ribu katanya. Masih kuat lagi, meski sudah berumur. Mungkin umur sepedanya dibanding umur saya yang sudah kepala tiga ini dan juga sudah ubanan hihihi, masih tuaan sepedanya.  Uniknya, di salah satu handlebar (stang) sepedanya masih tertulis dengan graviran merk Phillips ‘made in England’. Dibawa stang, juga masih ada plat lencana tertulis meski sudah agak kusam, yaitu Birmingham. Lho, ini kan kota di Inggris sana. Wah, sepeda bikinan Inggris nih, pikir saya. Apa iya? Kok bisa nyasar ke Purworejo? Apa sepeda bekas orang Inggris yang mampir ke Purworejo? Ah, ndak tahu juga deh. Yang jelas, pas saya naiki ini sepeda, whoaaa…uenak tenan, le! Biar berat bobot sepedanya, tapi pas saya duduki dan genjot, enak banget. Santai abiz. Single speed pulak. Bunyi belnya juga khas. Dilengkapi lagi sama klonengan. Sepeda yang keren dan bersahaja.

Saya juga sengaja nggak ingin ngebut gowesnya karena memang ingin menikmati asiknya naik sepeda onthel ‘made in England’ ini. Menurut saya, justru kenikmatan naik sepeda onthel jadul adalah kalo digowes lambat. Mengikuti irama tarikan nafas kita yang nggak lagi ngos-ngosan pastinya. Prinsipnya, “alon-alon asal nglakon”. Pelan-pelan asal sampai hehehe…

Enaknya genjot sepeda onthel...

Salam,
lutfi

Read Full Post »

« Newer Posts - Older Posts »