Pulang kantor tiba-tiba turun hujan tentu harus kita siasati. Caranya bisa bermacam-macam. Turunnya hujan juga adalah sebuah karunia sekaligus peringatan dan pelajaran buat makhlukNya. Ini mungkin hanya bagaimana cara kita menyikapi dan mengambil hikmahnya.
Saya lihat jam tangan sudah menunjukkan pukul 17.30,langit di luar kantor sudah mulai gelap. Tadinya saya sempat ragu, jalan atau tunda dulu untuk pulang ke rumah. Tapi karena saya sudah punya janji dengan istri dan anak-anak untuk tiba di rumah sebelum magrib, jadinya saya putuskan pulang saja sembari kuyup-kuyupan. Asiiik pastinya:D
Saya memang sudah siapkan perlengkapan ‘tempur’ saya. Jaket hujan, sepatu buaya anti air, dan tas kresek untuk membungkus tas ransel saya yang saya taruh di keranjang sepeda saya. Sudah masuk keranjang, langsung saya ikat biar tas nggak digondol orang. Lah, lagi asik nggowes tiba-tiba sampai rumah tas sudah raib, apa ndak shock tuh hahaha …
Hmmm … rasanya sudah siap gowes pulang, saya mulai mengayuh perlahan-lahan keluar halaman kantor. Maklum, jalan licin khawatir slip ban sepeda saya.
Keluar gerbang kantor, Masya Allah! jalanan sudah banjir. Terjang saja ah, pikir saya. Toh banjirnya masih dibawah pedal saya. Wuiiih … asiiik juga. Meluncur dalam aliran air hujan. Roda sepeda saya membelah aliran deras banjirnya. Inilah Jakarta, baru sebentar hujan, banjir dimana-mana. Duh, drainase Jakarta. Ampyuuun dah! Sempat melihat, beberapa pot rumah ikut rubuh. Sepertinya tadi ada angin kencang. Sayang, saya tidak sempat memotretnya.
Sedikit melayang ke masa kecil, betapa senangnya saat saya hujan-hujanan bersama teman-teman satu kelas sembari mengayuh sepeda sepulang dari sekolah. Menyenangkan sekali sekaligus menakutkan karena sampai di rumah, siap-siap kena omelan ibu saya hahaha …. Yeaaah! buat saya, ini sebuah kenikmatan berkendara dalam guyuran hujan. Dulu pulang dari sekolah, sekarang pulang dari kantor. Rasanya tetap asik dan seru. Bedanya, dulu masih anak-anak sekarang jadi bapaknya anak-anak hahaha. Pokoke sing penting, perlengkapan tempur harus siap. Makanya, sepeda saya lengkapi juga dengan keranjang biar bisa bawa perlengkapan tempur menghadapi guyuran hujan plus tas kresek besar untuk membungkus tas ransel saya. Untungnya, saya nggak pernah bawa laptop, jadi tas bisa saya masukan ke dalam keranjang. Praktis, murah, dan tidak memberatkan punggung!
Hujan masih cukup lebat, Alhamdulillah sampai juga di rumah. Kuyup tapi senang saja. Disambut Istri dan anak-anak plus segelas teh manis hangat buatan sang istri. Mereka tertawa ceria, melihat saya kuyup nggak karu-karuan hehehe …
Om tante, hujan-hujanan juga kah tadi?
Salam,
lutfi