Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Bike to Home’ Category

Pulang kantor tiba-tiba turun hujan tentu harus kita siasati. Caranya bisa bermacam-macam. Turunnya hujan juga adalah sebuah karunia sekaligus peringatan dan pelajaran buat makhlukNya. Ini mungkin hanya bagaimana cara kita menyikapi dan mengambil hikmahnya.

Saya lihat jam tangan sudah menunjukkan pukul 17.30,langit di luar kantor sudah mulai gelap. Tadinya saya sempat ragu, jalan atau tunda dulu untuk pulang ke rumah. Tapi karena saya sudah punya janji dengan istri dan anak-anak untuk tiba di rumah sebelum magrib, jadinya saya putuskan pulang saja sembari kuyup-kuyupan. Asiiik pastinya:D

Saya memang sudah siapkan perlengkapan ‘tempur’ saya. Jaket hujan, sepatu buaya anti air, dan tas kresek untuk membungkus tas ransel saya yang saya taruh di keranjang sepeda saya. Sudah masuk keranjang, langsung saya ikat biar tas nggak digondol orang. Lah, lagi asik nggowes tiba-tiba sampai rumah tas sudah raib, apa ndak shock tuh hahaha …

Hmmm … rasanya sudah siap gowes pulang, saya mulai mengayuh perlahan-lahan keluar halaman kantor. Maklum, jalan licin khawatir slip ban sepeda saya.

Keluar gerbang kantor, Masya Allah! jalanan sudah banjir. Terjang saja ah, pikir saya. Toh banjirnya masih dibawah pedal saya. Wuiiih … asiiik juga. Meluncur dalam aliran air hujan. Roda sepeda saya membelah aliran deras banjirnya. Inilah Jakarta, baru sebentar hujan, banjir dimana-mana. Duh, drainase Jakarta. Ampyuuun dah! Sempat melihat, beberapa pot rumah ikut rubuh. Sepertinya tadi ada angin kencang. Sayang, saya tidak sempat memotretnya.

Sedikit melayang ke masa kecil, betapa senangnya saat saya hujan-hujanan bersama teman-teman satu kelas sembari mengayuh sepeda sepulang dari sekolah. Menyenangkan sekali sekaligus menakutkan karena sampai di rumah, siap-siap kena omelan ibu saya hahaha …. Yeaaah! buat saya, ini sebuah kenikmatan berkendara dalam guyuran hujan. Dulu pulang dari sekolah, sekarang pulang dari kantor. Rasanya tetap asik dan seru. Bedanya, dulu masih anak-anak sekarang jadi bapaknya anak-anak hahaha. Pokoke sing penting, perlengkapan tempur harus siap. Makanya, sepeda saya lengkapi juga dengan keranjang biar bisa bawa perlengkapan tempur menghadapi guyuran hujan plus tas kresek besar untuk membungkus tas ransel saya. Untungnya, saya nggak pernah bawa laptop, jadi tas bisa saya masukan ke dalam keranjang. Praktis, murah, dan tidak memberatkan punggung!

Hujan masih cukup lebat, Alhamdulillah sampai juga di rumah. Kuyup tapi senang saja. Disambut Istri dan anak-anak plus segelas teh manis hangat buatan sang istri.  Mereka tertawa ceria, melihat saya kuyup nggak karu-karuan hehehe …

Om tante, hujan-hujanan juga kah tadi?

Salam,
lutfi

Read Full Post »

Makan pun harus antri. Ini bukan sekedar antri menghangatkan makanan, tapi ini juga latihan sabar bagaimana teman-teman di kantor membiasakan diri antri sebelum menghangatkan makan siangnya. Perut memang sudah lapar karena waktunya makan siang. Tapi, tetap harus antri. Tidak saling srobot meski ini menyangkut urusan perut yang mulai lapar.

Bayangkan, kalau satu teman memanaskan makanan selama 1 menit misalnya, berarti yang paling belakang setidaknya harus menunggu 8 menit lagi. Melatih sabar untuk 8 menit ke depan untuk urusan perut memang tidak gampang, karena menunggu itu tidak semua orang mau dan bisa. Nyatanya, yang belakang bisa juga dan mau menunggu hihihi …

Minggu kemarin, saat sedang beberes buku-buku sekolah anak perempuan saya yang masih kelas 2 SD, saya mendapat pelajaran menarik dari gambar anak saya untuk tugas sekolahnya, dia menggambar sebuah barisan itik yang lucu, dan lucunya sang itik yang di depannya berkata kepada para itik di belakangnya,  “antri dong” kata sang itik hehehe. Apa iya, itik bisa mengerti bahasa antri dan sabar yah? entahlah. Kenapa harus itik? Mungkin bisa ditanyakan ke itiknya saja. Kita jadi bisa belajar pada sang itik nantinya:D

Bagaimana dengan latihan sabar pada 60 detik ke depan atau lebih yang ditunjukkan dari  digital timer yang menggantung di tiang lampu lalin, saat kita menunggu lamjau (lampu hijau) menyala di perempatan jalan?. Tentunya sedikit bersabar menunggu sampai lamjau menyala, barulah kita bergerak bersama. Tidak nyelonong seenak kita. Apalagi kalau remnya blong. Bisa-bisa nyawa tidak tertolong.

Semua juga ingin sampai di tempat tujuan. Masalahnya, kalau semua tidak mau sabar menunggu lamjau menyala, apa tidak kacau balau di perempatan jalan. Macet di tengah-tengah, karena semua mau saling mendahului, tidak melihat mana yang harus jalan dulu mana yang harus berhenti dulu, dan mana yang harus memberi jalan dulu.

Timer sudah berbunyi di microwave, saatnya giliran saya menghangatkan makanan. Selamat makan siang, om tante:D!

Salam,
lutfi

Foto ilustrasi: Di dalam pantry kantor saya

Read Full Post »

Pekerjaan kantor sudah selesai
Saatnya pulang ke rumah
Berkumpul bersama istri dan kedua anak perempuan saya

Di luar kantor kendaraan bermotor mulai padat merayap
Halte bus Transjakarta mulai dipadati antrian panjang para pekerja

Wesss … saya menggowes saja
Menikmati jalur bersepeda pulang saya
Mengejar beberapa menit yang terhemat
Untuk melepas penat

Ah, nikmatnya gowes sepulang kantor
Senikmat mengamati indahnya matahari tenggelam

Subhanallah wal Hamdulillah …

Salam,
lutfi

Read Full Post »

Memasuki hari ke-17 di bulan Agustus dan Ramadhan ini, saya bersyukur masih diberi kekuatan dan kenikmatan oleh Allah SWT untuk bisa ngantor pakai sepeda. Tadinya sempat ragu, apa iya kuat secara saya gampang haus kalau pas lagi nggowes. Hari pertama, kedua, ketiga dst. Alhamdulillah sukses sampai kantor juga. Untungnya nggak jauh dari rumah ke kantor. Jadi, nggak alasan juga untuk ‘cuti’ nggowesnya hihihi …

Jalan yang macet, padat merayap adalah pemandangan yang saya lihat selama bulan Ramadhan ini. Kirain, bulan puasa macet puasa juga. Ternyata, podo wae. Haduh. Bahkan, hingga kemarin saja, pagi sore jalan macet cet. Entahlah, sampai kapan yah kita merdeka dari kemacetan jalan. Apa macet itu disebut penjajah aja yah? Agar kita yang terkena serbuannya tiap hari sampai ke pelosok-pelosok jalan kampong itu berjuang tiada henti mengusir si macet. Lha pastinya, selama pertambahan kendaraan bermotor dan pertambahan jalan tidak sebanding, jelas kemacetan akan terus terjadi. Pasrah, nrimo terhadap si macet? Nggak la yaw! Jelas merugikan banyak pihak pastinya.

Hari ini, atas izin Allah SWT sang pemilik waktu, bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaannya yang ke-66 dan 200 juta lebih rakyat Indonesia, termasuk saya ikut memperingati hari kemerdekaan ini dengan caranya masing-masing.

Bagaimana dengan saya memaknai kemerdekaan ini dengan penggunaan sepeda? Ah, saya hanya ingin bilang, ”Merdeka dengan bersepeda itu Nikmat”. Bebas dari penjajahan si macet, karena pagi dan sore kemarin saja saat hari kerja, si macet masih ada. Untung saya pakai sepeda ngantor dan pulangnya. Itu cara saya melawan si macet.

Jadi … Merdekalah  dengan Bersepeda!

In the cage
Get me out of the cage!
(In the Cage – Genesis)

Kalau Anda?

Salam,
lutfi

————————————————

Foto ilustrasi: http://1.bp.blogspot.com/_ywxJAJRMZyE/TGpTiJ1oaNI/AAAAAAAABbE/em3-AnlipV0/s1600/macet1.jpg

Read Full Post »

“Bu, kalo hujan, jangan lupa  pakai jaket hujannya. Di kantor ayah hujan lebat!”
“Hati-hati gowes pulang kantornya yah. Hindari genangan air. Boleh jadi itu lubang. Awas kejungkel!”

Salam,
lutfi

Read Full Post »

Older Posts »